TAHU tidak, ternyata di Baleendah terdapat sentra perajin peuyeum atau tapai. Selama ini, kita tahunya oleh-oleh khas Bandung ini dibuat oleh perajin-perajin di Cimenyan, Kabupaten Bandung.
Para perajin peuyeum itu merupakan warga Desa Ciheulang, Ciparay yang berbatasan dengan Desa Cikawung, Baleendah, Kabupaten Bandung. Di Kedua desa tersebut, warganya yang sejak lama sudah membuat peuyeum.
Keahlian perajin peuyeum itu merupakan turun temurun. Mereka biasanya belajar dari dari ayahnya sambil praktik mulai dari proses produksi hingga memasarkannya.
Perajin peyeum ini awalnya coba-coba. Mereka hanya membuat makanan tersebut sedikit dulu. Setelah berhasil baru berani membuat banyak dan kemudian menjualnya.
Mereka pun mewariskan keahliannya kepada anaknya. Mereka biasanya bahu membahu mempertahankan usahanya muali dari pembelian bahan baku, yakni singkong hingga menjualnya.
Awalnya warga di kampung Lebakbiru, Desa Ciheulang, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, belajar membuat peuyeum ke perajin di Cikawung. Cikawung yang berada di Kecamatan Baleendah berbatasan dengan Desa Ciheulang.
Mereka juga memiliki ptofesi lain. Tak hanya membuat peuyeum, ada juga yang sambil menjual jagung manis di sekolah-sekolah. Cuma sayangnya, saat ini, sekolah diliburkan karena virus korona, pembelinya yang biasanya anak-anak sekolah, tidak ada.
Ada juga yang menjadi penjual gabah. Mereka membeli gabah basah kemudian dikeringkan. Setelah kering, gabah itu dijualnya ke bandar yang datang.
Untuk mencari perajin peuyeum di sana tidak gampang. Di sana, tidak ada penjual toko atau warung yang menjual peuyeum. Mereka menjualnya berkeliling menggunakan pikulan berkeliling ke permukiman atau pasar.
Proses Produksi Peuyeum
Produksi peuyeum diawali dengan pembelian sinkong ke bandar. Setelah itu bahan baku makanan ini dikupas.
Setelah dikupas baru dibersihkan. Singkongnya harus benar-benar bersih karena kalau masih kotor sangat berpengaruh pada proses produksi selanjutnya.
Proses selanjutnya adalah perebusan singkong. Puluhan singkong yang beratnya mencapai 80 kg dimasukkan ke dalam langseng yang berisi air mendidih. Proses ini lamanya tergantung banyaknya singkong yang direbus.
Setelah singkong-singkong itu matang, proses selanjutnya adalah pengeringan. Proses pengeringan singkong ini menggunakan kipas angin dan membutuhkan waktu sekitar 4 jam.
Setelah kering, baru singkong-sigkong ditaburi ragi. Perbandingannya, singkong 80 kg ditaburi ragi 4 bungkus. Ragi belinya dipenjual yang ada di Cikawung.
Setelah peragian, singkong-singkong itu disimpan. Proses fermentasi ini bisa memakan waktu dua hari. Tapi, biasanya, kalau ada yang mamu membeli sebelum matang juga, silakan. Namun, tetap harus disimpan dulu sebelum dimakan.
Pingback: BSB, Bank Sampah Bersinar Terispirasi dari Malang