BSB, Bank Sampah Bersinar Terinspirasi dari Malang

Bank Sampah Bersinar (BSB) di di Jalan Terusan Bojongsoang, Baleendah. Kabupaten Bandung.

BANK Sampah Bersinar (BSB), sekilas seperti mini market di Jalan Terusan Bojongsoang, Baleendah.

Jumat (10/1/2020) pagi, mini market itu masih sepi. Hanya beberapa petugas siap melayani warga yang akan menukarkan sampahnya.

Tumpukan sampah seperti sampah plastik, kardus, botol, dan lain-lain terlihat di bagian belakang gedung ini. Sampah-sampah itu merupakan setoran dari warga yang menabung atau berbelanja di sana.

“Warga bisa belanja sembako di sini dengan sampah,” kata John Sumual (50) Manajer Developmen BSB di ruang kerjanya, Jalan Terusan Bojongsoang, Jumat (10/01/2020).

Selain berbelanja, warga juga bisa menabung di BSB. Sampah-sampah itu disetorkan warga ke bank ini. Kemudian warga akan mendapatkan rekening BNI untuk tabungan.

Bank sampah ini terbentuk dari inspirasi boomingnya bank sampah Malang, yang merupakan bentukan dari Bank Sampah Bantul, yang merupakan bank sampah pertama di Indonesia.

“Kami terinspirasi oleh bank sampah Malang dan kami sesuaikan dengan karakteristik masyarakat di Bandung,” kata John.

Kini bank sampah ini menjadi bank sampah induk Kabupaten Bandung.

“Tingkat keberhasilan meminimalisasi 0,001 persen lah, tapi minimal bisa mengubah kebiasaan masyarakat untuk membuang sampah ke sungai,” kata John.

Menurut Maya, bank sampah ini pengelolaannya lebih kepada sampah-sampah anorganiknya. Namun, katanya, BSB juga bisa menerima sampah organiknya untuk dijadikan pupuk.

“Kami juga bekerja sama dengan Departemen Pertanian. Kami bisa mengelola sampah organik menjadi pupuk kompos” kata Maya, Admin di BSB Bojongsoang, Jumat.

Upaya BSB Masih Berlanjut

Maya berpendapat upaya ini belum berhasil 100 persen. Namun, katanya, BSB telah mengurangi 30 ton sampah per bulan yang terkumpul dari masyarakat.

BSB yang berdiri 2014, sudah memiliki 200 unit (kelompok binaan) dan punya beberapa instansi untuk menabung sampah.

Menurut Maya, tanggapan dari masyarakat luar biasa, mereka langsung menyetor sampah-sampah tersebut.

Sosialisasi yang dilakukan BSB adalah melakukan pelatihan. Dalam pelatihan itu, masyarakat diedukasi kenapa sampah harus disetor ke bank sampah. Kemudian dijelaskan juga jenis-jenis sampah.

“Kalau mau menabung, sampah dipilah dulu yang anorganiknya ada yang basah ada yang kering. Yang anorganiknya dipilah dulu. Mulailah dari diri sendiri untuk memilah,” kata Maya. (*)

Artikel ini telah dimuat di Tribun Jabar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *