Toko Kopi Kapal Selam adalah toko kopi yang berdiri pada 1930.
Bangunannya masih terlihat bangunan lama. Pemilik Toko Kopi Kapal Selam masih mempertahankan gaya lama.
Tidak hanya bangunanan, logo yang tercantum di kartu nama pemilik Toko Kopi Kapal Selam juga masih bergaya lama.
Di logo tersebut ada gambar kapal selam dalam lingkaran.
Di kapal selam tertera angka 7, di bawahnya ada tulisan Khin Hin Hoo, Bandoeng Kopi Boeboek 100%.
Kemudian di luar lingkaran ada tulisan Tjap Kapal Silam.
Angka angka 7 di kapal selam itu, menurut pemilik toko, Chandra, adalah nomor gedung yang jadi toko sekarang.
“Dulu mah di sini masih jarang rumah. Jadi toko ini meski di tengah masih kebagian nomor yang kecil,” kata Chandra yang ditemui beberapa tahun silam.
Chandra mengaku tidak tahu mengapa nenek moyangnya menamai kopinya Kapal Selam.
Dia juga sempat terdiam saat akan menjawab pertanyaan tersebut. “Kalau tidak kapal selam mungkin kapal layar,” kata Chandra sambil terkekeh.
Toko Kopi Kapal Selam yang ditempatinya menurut Chandra tadinya tidak hanya menjual kopi.
“Kami menjual apa saja. Seperti toko serba ada lah,” katanya.
Bila pernah ke belakang Pasar Baru, toko ini tidak jauh dari Toko Jamu Babah Kuya yang sudah terkenal ke mana-mana.
Tidak ada ciri-ciri khusus kalau toko ini adalah menjual kopi. Tapi setelah masuk ke toko itu baru terasa di sana menjual kopi.
Di sana terlihat mesin-mesin penggiling biji-biji kopi.
Menurut Chandra mesin-mesin itu usianya tidak terlalu tua. Usianya, katanya, 42 tahunan.
Chandra mengaku punya mesin-mesin yang usianya lebih lama lagi.
”Dulu sih ada tapi ikut terbakar. Di sini kan pernah terbakar pada 1973. Rumah juga nyaris habis. Yang pasti mah mesin-mesin sudah tidak ada lagi,” ujarnya.
Kopi yang Dijual Toko Kopi Kapal Selam
Kopi yang dijual di sini terdiri dari kopi luwak liar, kopi arabika, robusta, dan kopi khas Kopi Kapal Selam kopi jagung.
Menurut Chandra kopi yang disediakan di sini didatangkan dari beberapa daerah. Robusta didatangkan Chandra dari Lampung, sedangkan arabika didatangkan dari Lembang.
“Kalau kopi jagung, ngambil jagungnya dari Jawa Timur. Kalau bukan dari Jawa Timur kualitasnya jelek. Jagungnya disangrai dulu kemudian ditumbuk. Rasanya memang bukan rasa kopi. Kan ini mah jagung,” katanya.
Pembeli kopi buatan Chandra tidak pernah berubah sejak dulu, yakni untuk konsumsi di rumah tangga.
“Dari dulu juga begitu. Tidak pernah berubah. Kalau bule mah jarang. Ya ada saja yang beli mah sekarang juga,” katanya. *