Stasiun Radio Malabar Kini Tinggal Puing-puing

Puing stasiun radio Malabar di Gunung Puntgang, Kabupaten Bandung. | Foto yoututbe.com

DI Gunung Puntang terdapat puing-puing. Puing itu sudah bisa terlihat beberapa meter setelah melewati pintu gerbang bumi perkemahan ini. Tembok-tembok itu masih terlihat kokoh di antara tumbuhan liar di sekitarnya. Rupanya puing-puing itu bekas gedung stasiun radio malabar  buatan Belanda.

Stasiun radio itu merupakan radio gelombang pendek. Stasiun ini menghubungkan dua negara Belanda dan Indonesia yang jaraknya 12.000 km. Radio yang berada di kawasan kaki Gunung Malabar, itu sebabnya stasiun radio ini sering disebut stasiun radio Malabar. Stasiun ini sangat dikenal pada masa penjajahan kolonial Belanda dan Jepang.

Puing stasiun radio Malabar di Gunung Puntang, Kabupaten Bandung. | Foto yoututbe.com

Stasiun radio malabar dibangun pada 1923. Stasiun pemancar radio Malabar ini merupakan rintisan Dr.de Groot. Pemancar radio ini sangat fenomenal karena antena yang digunakan memiliki panjang 2 km. Antena itu terbentang di antara gunung Malabar dan Halimun dengan ketinggian dari dasar lembah mencapai 500 meter.

Stasiun ini merupakan pemancar yang penerimanya berada di Padalarang (15 km) dan Rancaekek (18 km). Untuk keperluan listrik pemancar ini Belanda membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Dago, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Dayeuhkolot, dan PLTA di Pangalengan. Listrik ini hanya untuk memenuhi kebutuhan pemancar radio tersebut.

Listrik itu sangat dibutuhkan karena teknologi untuk memancarkan sinyal radio boros energi tenaga listrik. Pemancarnya menggunakan teknologi kuno yaitu busur listrik (poulsen) untuk membangkitkan ribuan kilowatt gelombang radio dengan panjang gelombang 20-7,5 km.

Di Antara Puing Stasiun Radio Malabar Terdapat Guha

Dulu di kawasan Gunung Puntang juga terdapat perkampungan. Perkampumgan itu bernama Kampung Radio (Radio Dorf). Perkampungan ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Di sini terdapat rumah dinas petugas, lapangan tenis, dan bioskop.

Di antara puing-puing stasiun terdapat sebuah guha yang bernama guha Belanda. Guha ini dipercaya sebagai tempat penyimpanan perlengkapan radio tersebut. Guha itu panjangnya kurang 1 km dan konon tembus ke Curug Siliwangi yang masih berada di kawasan Gunung Puntang.

Ada kisah yang menarik terkait keberadaan guha ini. Apabila ada orang yang bisa menjelajahi guha itu hingga ke Curug Siliwangi akan mendapatkan benda yang bisa dijadikan jimat peninggalan Kerajaan Puntang. Kawasan ini memang dipercaya merupakan bekas berdirinya Kerajaan Puntang. Kerajaan ini didirikan oleh Prabu Siliwangi yang saat itu sedang beristirahat di sana. *

http://m.inilah.com/news/detail/2067975/berburu-ajimat-peninggalan-nagara-puntang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *