Gulali yang Dijajakan Penjual Keliling di Taman Teras Cikapundung

GULALI adalah penganan zaman dulu yang sekarang sangat sulit untuk mencarinya. Penganan yang terbuat dari gula yang dibakar terlebih dahulu sempat populer sebelum tahun 1980-an. Ketika itu gulali sangat disenangi oleh anak-anak, selain rasanya manis bentuknya juga bermacam-macam seperti kodok, mobil, atau yang lainnya.

Untuk mendapatkan gulali sekarang sangat sulit. Kecuali kalau kebetulan bertemu dengan pedagang ini di jalanan. Biasanya mereka mangkal di sekolah-sekolah dasar di Kota Bandung. Mereka berjualan dengan memikul barang dagangannya, berjualan menyusuri jalanan kota ini.

Zaenal Arifin, penjual gulali di Jalan Siliwangi, Bandung. | Foto serbabandung.com #serbabandung

“Memang sekarang sudah jarang yang jualan di Bandung mah. Paling saya dan saudara-saudara saya yang masih setia berjualan gulali,” kata Zaenal Arifin, penjual penganan ini yang mangkal  di Jalan Siliwangi di atas Taman Teras Cikapundung, Sabtu (23/1/2016).

Saat itu Zaenal sibuk melayani pembeli makanan manis ini yang berbagai bentuk. Harganya Rp 5.000 per dua buah. Bentuk buatan Zaenal macam-macam ada yang berbentuk ayam, jari, bintang, dot, bunga, sisir, bahkan pocong.

Zaenal membentuk gulali yang berwarna merah mudah, hijau dan netral ini tanpa cetakan. Dia dengan cekatan membentuknya dengan tangan tanpa bantuan alat apapun. “Kalau dulu mah dicetak menggunakan cetakan,” katanya.

Zaenal pantas lihai mekanan itu menjadi bentuk yang disukai anak-anak. Dia mengaku berdagang penganan ini sejak 1985. Zaenal yang mengaku berasal dari Cikajang, Garut ini, mempelajari membuat gulali dari ayahnya yang juga dulunya penjual penganan ini.

“Sudah lama sekali. Sekarang anak saya juga ada yang berjualan. Kami turun temurun jadi penjual makanan ini,” kata Zaenal yang mengaku berputra 5 ini.

Penjual Gulali Ini Sehari Bisa Raup Rp 200.000

Zaenal mengaku tak pernah kehilangan pembeli meski sekarang sudah banyak makanan pesaing. Buktinya, kata dia, kalau lagi untung, sehari bisa membawa pulang Rp 200.000. Sehari dia bisa menghabiskan 5 kg gula pasir untuk satu katel (wajan). Dia sudah siapkan bahannya di rumah, kemudian di jalan tinggal dipanaskan di katel yang perapiannya berasal dari kompor.

Gulali, menurut wikipedia, berasal dari Amerika. Diperkenalkan pertama pada 1904 oleh William Morrison dan John C. Wharton, di St. Louis World’s Fair dengan nama “Fairy Floss” (benang peri). Pengenalan pertama kali itu sukses besar. Mereka berhasil menjual 68.655 kotak dengan harga yang cukup mahal saat itu, 0,25 dolar Amerika. *

4 thoughts on “Gulali yang Dijajakan Penjual Keliling di Taman Teras Cikapundung”

    1. Serba Bandung

      Duh maaf saya tidak punya. Tapi bisanya penjual gulali ini berjualan di kawasan Taman Teras Cikapundung. Terima kasih atas kunjungannya ke serbabandung.com.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *