Perkebunan teh Rancabali tak hanya menghadirkan pesona hamparan hijaunya tanaman teh, tapi juga sebuah danau yang eksotis dan penuh misteri. Namanya Situ Patenggang. Dari kawasan Tapal Kuda hanya beberapa kilo saja. Setelah melewati gapura selamat datang PT Perkebunan Nusantara VIII, terdapat jalan yang lurus menuju ke situ tersebut.
Sebelum memasuki kawasan Situ Patenggang, pengunjung harus melalui pintu penjagaan. Pengunjung harus membayar tiket Rp 20.000 perorang dan untuk parkir sepeda motor Rp 3.000. Adapun untuk yang membawa kendaraan roda empat tiket parkirnya Rp 5.000. Dari pintu gerbang ke situ jaraknya tinggak beberapa ratus meter saja. Harga tiket bisa saja telah berubah karena kebijakan pengelola.
Tempat wisata alam ini berada di ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut. Situ Patenggang memiliki luas 45.000 hektare. Total luas cagar alamnya mencapai 123.077,15 hektare.
Situ ini memang memiliki pemandangan yang sangat eksotik. Hamparan kebun teh Rancabali milik PT Perkebunan Nusantara VIII menjadi daya tarik tersendiri. Di kawasan situ terdpat tempat menginap dan banyak gazebo yang bisa digunakan untuk beristirahat pelancong untuk menikmati segarnya udara pegunungan.
Kendaraan umum yang bisa mengantar ke Situ Patenggang adalah bus jurusan Ciwidey. Naiknya dari Terminal Leuwipanjang. Bisa juga naik angkot ke Soreang. Kemudian dari Soreang disambung kendaraan umum yang menuju Ciwidey. Dari Ciwidey bisa naik angkutan desa ke Patenggang. Jika menggunakan pribadi, bisa melalui jalur Jalan Kopo – Soreang – Ciwidey – Situ Patenggang.
Mitos di Situ Patenggang
Bila tertarik untuk mengarungi danau, banyak perahu yang bisa disewa oleh pengujung. Harganya Rp 25.000 untuk seorang pulang pergi. Pengunjung bisa berkunjung ke pulau asmara dan singgah di batu cinta. Ada mitos kalau pengunjung berhasil mengitari pulau dan batu itu cintanya akan abadi seperti kisah cinta Dewi Rengganis dan Ki Santang.
Situ ini menyimpan mitos kisah asmara tentang kesetiaan yang abadi antara Ki Santang dan Dewi Rengganis. Mereka yang telah terpisahkan tak bisa menahan rindu untuk saling mencari (pateang-teangan). Di sini lah mereka bertemu. Patenggang sendiri berasal dari kata pateang-teangan.
Pertemuan mereka tepatnya di sebuah batu. Tempat itu sekarang dinamakan “Batu Cinta”. Di sini Dewi Rengganis menguji kesetian kekasihnya dengan meminta dibuatkan danau dan sebuah perahu untuk berlayar bersama.
Menurut mitos yang beredar perahu itu adalah sebuah pulau yang berbentuk hati, dan diberi nama Pulau Asmara /Pulau Sasaka. Bagi yang menyempatkan singgah di batu cinta dan mengelilingi pulau asmara, cintanya akan abadi seperti tali kasih Dewi Rengganis dan Ki Santang. Danau, batu, dan pulau di Situ Patenggang ini masih tetap menjadi favorit para pelancong.
Sekadar saran, jika sedang musim hujan sebaiknya berkunjung ke situ ini pada pagi hari menuju siang. Pada siang hari, biasanya selepas Zuhur, hujan akan mengguyur kawasan tersebut dan kabut mulai turun menutupi kawasan danau.