Museum ini adalah salah satu museum yang berada ditengah Kota Bandung. Namanya museum Mandala Wangsit Bandung.
Terletak di Jalan Lembong tak jauh dari Jalan Braga, dan Hotel Grand Panghegar.
Jalan Lembong diambil dari nama Letkol Lembong.
Lembong adalah prajurit Siliwangi yang menjadi korban dalam Peristiwa Kudeta Angkatan Perang Ratu Adil.
Sebelumnya jalan itu bernama Oude Hospitaalweg.
Arti Mandala Wangsit adalah sebuah tempat untuk menyimpan amanat, petuah atau nasihat dari pejuang masa lalu.
Nasihat itu bagi generasi penerus melalui benda-benda yang ditinggalkannya.
Di halaman Museum Mandala Wangsit Bandung terdapat relief dan meriam yang mengingatkan pengunjung pada para pahlawan yang berjuang untuk negeri ini.
Ada Senjata Saat Perang Lawan Jepang di Museum Mandala Wangsit Bandung
Selain itu, di Museum Mandala Wangsit Bandung terdapat alat-alat yang digunakan pada saat perang antara Jepang dan Indonesia.
Di antaranya bedug simarame, senjata laras panjang dan pistol.
Senjata-senjata itu, di antaranya ada hasil rampasan dan pernah digunakan oleh TNI, seperti ada beberapa meriam yang masih dipajang di sana.
Meriam-meriam tersebut adalah meriam gunung, meriam psp, meriam 25 pdr/88mm, meriam 40 mm l 60 bofors.
Meriam-merian tersebut memiliki fungsi masing-masing dan tahun pengeluaran yang berbeda.
Meriam gunung misalnya. Meraim ini berhasi direbut dari Jepang pada 1941.
Kemudian digunakan untuk melawan tentara Inggris dan Belanda di Ambarawa, Banyu Biru, dan Semarang pada 1942-1949.
Meriam gunung masih terus digunakan hingga 1955.
Pada 1950 meriam ini sempat digunakan Yon Artileri Lap. IV untuk menumpas APRA di Cikadut.
Adapun pada 1950- 1954 digunakan untuk menumpas gerombolan di Jabar dan Jateng, dan pada 1955 Armed 4 menggunakannya untuk menumpas Kahar Muzakar di Sulsel.
Terdapat juga kisah-kisah yang pernah terjadi di Kota Bandung, seperti Peristiwa Bandung Lautan Api pada 24 Maret 1946 dan Peristiwa peracunan pada 17 Februari 1949.
Bangunan museum ini bergaya arsitektur Late Romanticism.
Pembangunannya berlangsung pada 1910 sampai 1915.
Pada masa kolonial Belanda digunakan untuk tempat tinggal perwira Belanda.
Tempat ini diambil alih oleh pasukan Siliwangi pada 1949. Digunakan sebagai markas Divisi Siliwangi (Militaire Akademi Bandung) hingga 1950. *
Sumber: id.m.wikipedia.org