Kopi Aroma, Pembakarannya Gunakan Kayu Karet

KOPI yang melegenda di Kota Bandung tidak salah lagi pasti Kopi Aroma. Toko sekaligus pabrik di Jalan Banceuy Nomor 51 sudah tersohor ke mana-mana. Tak hanya orang Bandung, tapi orang luar Bandung pun banyak yang sengaja mendatangi toko ini untuk membeli kopi yang harumnya sangat menggoda.

Tokonya memang tidak terlalu mencolok di antara toko-toko onderdil di jalan tersebut. Tapi ketika bertanya pada orang di kawasan itu pasti sudah tidak akan salah menunjukkannya pada sebuah toko yang dari depan terlihat kecil. Persis di ujung Jalan Pecinan Lama ke arah Banceuy.

Kopi Aroma di Jalan Banceuy Bandung. | Foto serbabandung.com #serbabandung

Tak ada plang namun di atas bagian depan toko itu ada tulisan Aroma Fabrik-Kopi. Di ruangan depan ada semacam etalase yang memanjang di dalamnya terdapat biji-biji kopi. Kemudian di dua sudut ruangan itu ada mesin penggilng kopi. Di bagian lain di tembok ruangan itu tertempel seperti pamflet berwarna merah.

Isi pamflet itu menunjukkan bahwa kopi di sini saat prosesnya menggunakan kayu  karet saat pembakaran. Disebutkan juga asap yang keluar dari pembakaran dari kayu itu memberikan efek pada keharuman kopi. Penggunaan kayu karet sudah berlangsung berpuluh-puluh tahun  untuk menjaga kekhasan kopi.

Jumat (9/1/2015) sore itu banyak konsumen yang hendak beli kopi. Usianya dari penampilan dan mukanya masih relatif muda. Para pelayan yang menggunakan baju cokelat dengan cekatan memberikan pelayanan. “Mau yang arabika atau robusta. Arabika seperempat kilo harganya Rp 20.000. Kalau yang robusta Rp 15.000,” katanya.

Kopi yang dijual di Kopi Aroma hanya dua jenis kopi, yakni  robusta dan arabika. Dikutip dari Wikipedia kopi robusta  tumbuh baik di ketinggian 400-700 m dpl, temperatur 21-24° C dengan bulan kering 3-4 bulan secara berturut-turut dan 3-4 kali hujan kiriman. Kualitas buah lebih rendah dari Arabika dan Liberika.

Adapun kopi arabika menurut Wikipedia  memiliki kandungan kafein sebasar 0.8-1.4% . ini awalnya berasal dari Brasil dan Etiopia. Kopi arabika tumbuh di daerah di ketinggian 700-1700 mdpl dengan suhu 16-20 °C, beriklim kering tiga bulan secara berturut-turut.

Dikutip dari Tempo.co, 23 Februari 2013, biji kopi arabika yang didatangkan ke Toko Aroma beral dari Aceh, Medan, Toraja, Flores, Bajawa, Pangalengan, dan Ciwidey. Sedangkan biji kopi robusta berasal dari Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Temanggung, dan Wonosobo.

Toko Aroma dibangun oleh Tan Houw Sian sejak 1930 silam itu. Kemudian Widyapratama, putra tunggal dari Tan Houw Sian,  meneruskan usaha tersebut.

“Toko ini nyaris tumbang. Saat saya lahir, ayah sudah berusia 53 tahun,” ujarnya seperti dituturkan kepada Tempo.  “Antara 1966 hingga 1970 toko ini hidup tidak, mati tidak.”

Yang unik Kopi Aroma masih mempertahankan kemasan gaya lama. Kopi-kopi dari sana hanya dimasukan ke kantong  kertas yang di bagian luarnya dibungkus plastik. Di kantung kertas tersebut tertulis merek yang masih menggunakan Bahasa Belanda, Koffie Fabriek Aroma. *

Fakta Kopi Aroma

  • Toko sekaligus pabrik Kopi Aroma lokasinya di Jalan Banceuy Nomor 51
  • Kopi Aroma saat prosesnya menggunakan kayu  karet saat pembakaran.
  • Kopi yang dijual di Kopi Aroma hanya dua jenis kopi, yakni  robusta dan arabika.
  • Toko Kopi  Aroma dibangun oleh Tan Houw Sian kemudian Widyapratama, putra tunggal dari Tan Houw Sian,  meneruskan usaha tersebut
  • Pabrik dan Kopi Aroma berdiri sejak 1930
  • Kopi Aroma masih mempertahankan kemasan gaya lama