JALAN Gatot Subroto Bandung merupakan jalan yang menghubungkan Jalan Kiaracondong (sekarang Jalan Ibrahim Ajie) dengan Jalan Asia Afrika. Jalan ini memotong Jalan Malabar, simpang empat Jalan Pelajar Pejuang 45 dan Jalan Laswi. Jalan ini pun melewati monumen tank yang tepat berada di ujung Jalan Burangrang.
Jalan Gatot Subroto Bandung semakin populer setelah di sana berdiri Bandung Super Mall (sekarang Trans Studio Mall). Trans Studio adalah kawasan yang menawarkan hiburan, belanja, dan hotel. Tempat hiburan Trans Studio menjadi tujuan favorit warga Bandung maupun luar Bandung. Mal yang ada di kawasan ini pun menjadi incaran yang hobi berbelanja.
Di halaman depan kawasan ini terdapat dua hotel yang terkenal yaki Ibis Hotel dan The Trans Luxury Hotel. Kedua hotel ini berdiri berdampingan.
The Trans Luxury Hotel adalah hotel berbintang 6 pertama dan satu-satunya di Indonesia. Harga kamar di hotel ini bisa puluhan juta rupiah per malam. The Trans Luxury Hotel memiliki convention yang bisa menampung sedikitnya 4.000 orang.
Hotel lain di Jalan Gatot Subroto Bandung adalah Hotel Papandayan. Hotel berbintang 5 ini memiliki 172 kamar berdesain interior elegan. Hotel ini menyediakan beberapa ruang rapat dan pertemuan yang cocok bagi pengunjung yang ingin mengadakan acara rapat bisnis, keluarga, sosial, serta pernikahan.
Di Jalan Gatot Subroto Bandung Ada Rumah Kembar
Tak jauh dari hotel tersebut terdapat bangunan cagar budaya. Bangunan ini lebih dikenal dengan sebutan rumah kembar. Kedua rumah ini bersebrangan terpisah Jalan Malabar yang memotong Jalan Gatot Subroto.
Kedua rumah ini merupakan rancangan Ir Sukarno, Presiden pertama RI. Kedua gedung tersebut tepatnya berada di Jalan Gatot Soebroto 54 dan 56. Ciri khas rumah karya Soekarno terlihat di kedua gedung tersebut yakni atapnya tersusun berbentuk limas dan sungkup di atasnya.
Di Jalan Gatot Subroto Bandung ada Sentra Industri Rajut Binong Jati. Sebuah perkampungan yang warganya kebanyakan memproduksi rajutan, seperti sweater, jaket, cardigan, syal, baju hangat dll. Sentra rajut Binongjati sudah ada sejak tahun 60-an.
Pada 1998, Sentra rajut Binongjati mencapai puncaknya. Sekitar 250 orang mencoba peruntungannya di usaha rajutan ini. Mereka sudah menggunakan mesin modern. Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian, Perdagangan Kota Bandung kemudian menyatakan Binongjati sebagai kawasan industri tekstil.