Curug Dewa adalah air terjun di kawasan Pangalengan yang relatif masih alami karena keberadaan belum diketahui banyak orang. Air terjun ini berada di hutan kaki Gunung Tilu Pangalengan. Airnya merupakan aliran dari Situ Cileunca melalui Sungai Palayangan.
Air terjun ini tepatnya berada di Jalan Raya Pangalengan, Desa Pulosari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Patokan untuk menuju ke Curug Dewa adalah simpang tiga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Plengan. Dari sana jalanan berkelok sejauh kira–kira 5 km bakal ditemui.
Setelah tiba di depan pintu masuk PLTA Plengan, silakan minta izin kepada petugas keamanan untuk mengunjungi curug tersebut. Biasanya petugas akan menunjukkan arah ke lokasi curug tersebut. Curug ini berada di belakang kantor PLTA Plengan.
Untuk menikmati curug tersebut, pengunjung harus membayar Rp 3.000 dan parkir kendaraan Rp 5.000 (Motor dan Mobil).
Dekat Curug Dewa terdapat Curug Ceret. Curug berada di pinggir jalan. Air terjun bernama Curug Ceret karena airnya menciprati pengguna jalan yang melintasi jalan itu. Ceret adalah Bahasa Sunda dari kecipratan.
Curug Dewa Dikelola oleh Indonesia Power
Air terjun ini dikelola oleh Indonesia Power PLTA Plengan. PLTA Plengan adalah pembangkit listrik tenaga air tertua di Indonesia. Plengan dibangun pada 1918-1924. Plengan mulai dioperasikan sejak 1923. PLTA Plengan memiliki lima turbin dengan kapasitas total 6,27 MW.
Pembangunannya Plengan berbarengan dengan PLTA Lamajan yang lokasinya hanya 2 km dari Plengan. Kedua PLTA itu berada di lerang Gunung Tilu dan memanfaatkan aliran air Sungai Cisangkuy dan anak-anak sungai di sekitarnya.
Kedua PLTA ini masih beroperasi di bawah kendali Unit Bisnis Pembangkit Saguling PT Indonesia Power dan menyuplai listrik untuk interkoneksi Jawa-Bali.
Pada awal 1900-an, sejumlah PLTA dibangun di wilayah Jawa Barat, selain Plengan dan Lamajan, PLTA lainnya adalah Bengkok-Dago (Bandung), Ubrug (Sukabumi), dan Kracak (Bogor). PLTA itu untuk memenuhi kebutuhan perkebunan dan pabrik teh.
Menurut alpensteel.com yang mengutip dari Kompas, Pemerintah Hindia Belanda membangun dua waduk di Kecamatan Pangalengan, yakni Situ Cileunca pada 1922 dan Situ Cipanunjang pada 1930. Kedua situ tersebut mampu menampung air hingga 30 juta meter kubik. *