Graha Parahyangan, Dulunya Milik Pebisnis Orang Belanda

Graha Parahyangan di Jalan Dayang Sumbi 10, Bandung. | Foto serbabandung.com.

DI kawasan Tamansari banyak gedung-gedung peninggalan Belanda. Di sepanjang jalan tersebut ada Kampus ITB, Rektorat ITB, dan di pertigaan Jalan Dayang Sumbi ada Graha Parahyangan. Graha Parahyangan merupakan peninggalan zaman Belanda yang sekarang dimiliki PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Sebagai bukti Graha Parahyangan merupakan bangunan zaman Belanda adalah plakat yang menempel di dinding bagian samping luar bangunan tersebut. Dalam plakat tersebut tertulis peletakan batu pertama dilakukan oleh Ernst Gerard Oscar Kelling pada 2 Maret 1927. Tulisan aslinya dalam bahasa Belanda.

Graha Parahyangan berada di Jalan Dayang Sumbi No. 10. Letaknya ada di belakang Kampus ITB. Bangunan yang didirikan pada 1927 di tanah seluas 2100 m2. Dulu, adalah tempat tinggal pejabat kereta api di era pemerintah Hindia Belanda.

Menurut Supervisor Graha Parahyangan Mulayana, pemilik gedung ini merupakan seorang pebisnis berkebangsaan Belanda. Dari rumah ini lah, kata Mulyana, orang Belanda tersebut menjalankan bisnisnya.

Graha Parahyangan di Jalan Dayang Sumbi 10, Bandung. | Foto serbabandung.com.

“Setelah itu baru pejabat-pejabat perkeretaapian Belanda menempati rumah ini,” kata Mulyana saat ditemui di Graha Parahyangan, Kamis (31/8).

Dulu, di Graha Parahyangan Ada Bungker

Dulu, kata Mulayana, di gedung tersebut terdapat bungker yang ukurnnya cukup besar. Namun sekarang, katanya, bungker itu sudah dibongkar. “Ukurannya segini,” kata Mulyana merentangkan tangannya. Bungker itu berada di koridor yang menghubungkan ruangan depan dan belakang.

Gedung ini  pernah dipugar tanpa menghilangkan bentuk aslinya pada 2010. Peresmian pemugaran tersebut dilakukan pada 21 Juni 2010. Pembina pemugaran tersebut adalah Ignasius Jonan yang saat itu masih menjadi Direktur Utama PT KAI. “Tidak ada yang berubah meski sudah dipugar,” kata Mulyana.

Dalam laman grahaparahyangan disebutkan, bahan bangunan gedung ini  masih asli, meliputi kayu, batu dan lantai. Di luar terdapat lahan parkir, tempat bermain, taman. Penataan interior didesain secara cermat sesuai dengan rencana pemanfaatan sebagai area publik yang eksklusif dan dapat diterima oleh semua segmen pasar terutama kalangan menegah ke atas.

Menurut Mulyana gedung tersebut bisa disewa untuk pameran, gelari, rapat, atau acara apapun. Ruangan sebelah katanya sudah disewa untuk Dinosaurus Kids Art. Sekarang pun di ruang depan gedung tersebut dijadikan galeri foto-foto yang terkait dengan perkeretapian Indonesia. Termasuk ada beberapa benda yang pernah digunakan untuk operasional kereta api.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *