SENTRA sepatu Cibaduyut tadinya merupakan destinasi wisata favorit Kota Bandung. Namun toko-toko sepatu di Jalan Cibaduyut, Kecamatan Bojongloa Kidul, sudah mulai ditinggalkan. Untuk menghidupkan kembali kejayaan tersebut pemerintah setempat mendirikan Kampung Kreatif Sepatu Cibaduyut.
Kampung kreatif tersebut berada di RW 03 Kelurahan Cibaduyut. Pusat aktivitas bengkel sepatu tersebut letaknya di belakang toko-toko sepatu. Di kampung itu, wisatawan dapat menyaksikan secara langsung proses para perajin sepatu bekerja.
Kampung kreatif di sentra sepatu cibaduyut ini diresmikan oleh Kepala Dinas Pariwisata Kota Bandung pada Juli 2018. Untuk memberikan bekal kepada perajin dinas mengadakan pelatihan dan membuat berbagai program inovatif.
Ada beberapa tema yang bisa dilihat di kampung kreatif sentra sepatu Cibaduyut ini. Temanya berdasarkan peran perajin dalam membuat sepatu. Ada yang hanya membuat sol sepatu, mengolah kulit, sampai menjahit sepatu.
“Bahkan ada juga yang sifatnya maklun. Jadi sepatu-sepatu bermerek pun ada yang dibuat di sini. Tapi itu tidak bisa langsung dijual karena terikat lisensi dari merek yang bersangkutan,” kata Camat Bojongloa Kidul, Aniya Rachmawati dalam Bandung Menjawab di Media Lounge Balai Kota Bandung, Selasa (21/8/2018).
Di kampung kreatif juga pengunjung bisa membuat sepatu yang modelnya sesuai permintaan. Pengunjung tinggal membawa contohnya untuk dimodifikasi dan direplikasi.
Sentra Sepatu Cibaduyut pada 1920
Geliat sentra sepatu di kawasan ini telah dimulai sekitar tahun 1920. Atas inisiatif warga yang bekerja di sebuah pabrik sepatu di Kota Bandung, usaha membuat dan menjual produk alas kaki secara kecil-kecilan mulai dijalankan.
Awalnya tidak ada karyawan khusus. Mereka hanya melibatkan tenaga kerja anggota keluarganya. Namun, pesanan yang mulai berdatangan sudah sulit untuk dipenuhi. Mereka pun mencoba merekrut pekerja yang berasal dari warga sekitar. Keterampilan mereka dalam membuat alas kaki ini ditularkan kepada warga di lingkungan itu.
Konon sebelum penjajahan Jepang tahun 1940 telah berkembang sejumlah perajin sepatu di Cibaduyut sebanyak 89 orang. Setelah Indonesia merdeka pada 1950-an jumlah unit usaha alas kaki berkembang menjadi 250 unit usaha.
Pemerintah mulai melirik perkembangan perajin sepatu di sepanjang Jalan Cibaduyut tersebut sekitar 1978. Departemen Perindustrian bekerja sama dengan Lembaga Penelitian Pendidikan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) merekomendasikan pusat pelayanan fasilitasi pembinaan atau dengan sebutan Center Service Facility (CSF).
Sentra sepatu Cibaduyut yang seharusnya semakin berkembang mulai terpepet ketika memasuki tahun 2000-an. Merek luar negeri yang banyak dan semakin mudah didapatkan di Kota Bandung, membuat sepatu-sepatu Cibaduyut sedikit kehilangan pamor. Belum lagi ternyata, masyarakat Bandung lebih bangga menggunakan sepatu bermerk palsu luar negerian daripada menggunakan produk lokal bermerk lokal.
Sentra sepatu Cibadyut yang lokasinya dekat Terminal Leuwipanjang ini pun mulai meredup.