Pocong Jalan Asia Afrika Bandung Bergentayangan Lagi

Pengunjung berfoto bareng dengan pocong. Foto ini diambil jauh sebelum ada pandemi Covid-19.

Pocong Asia Afrika yang sempat menghilang karena Jalan Asia Afrika ditutup untuk meminimalisir penyebaran virus korona, mulai bergentayangan lagi. Pocong itu telihat pada Kamis (9/7/2020) sore.

Hantu-hatu di Jalan Asia Afrika tidak sebanyak biasanya. Di antaranya ada yagn berkostum pocong. Pengunjung pun, meski libur sekolah, tidak sebanyak pada liburan sebelum pandemi.

Mau tahu seperti apa bersiap sebelum menghibur para pengunjung? Simak tulisannya di bawah ini yang terekam pada Rabu (26/12/2019). Artikel ini telah dimuat di Tribun Jabar.

Jam menunjukkan pukul 10.00. Hari itu adalah hari Rabu (26/12/2019). Masih dalam suasana liburan akhir tahun. Hantu di Jalan Asia Afrika Bandung pun sedang bersiap.

Saat itu, Kendaraan yang melewati Jalan Asia Afrika, Kota Bandung tidak sepadat biasanya kala siang hingga malam hari. Namun arus lalu lintas tetap tersendat karena beberapa sopir memelankan laju kendaraan.

Mereka menyempatkan melihat hantu di Jalan Asia Afrika Bandung yang biasa bergentayangan di samping Kantor PLN di jalan itu.

Di bawah terik matahari pagi yang sudah terasa panas, beberapa perempuan terlihat merias. Mukanya disulap menjadi makhluk yang menyeramkan seperti hantu sekolah, kuntilanak, dan lain-lain.

Ada juga yang justru menjadi cantik. Mereka yang cantik ini memerankan tokoh yang terkenal cantik seperti Cinderela dan Maleficent, peri kegelapan dalam cerita Sleeping Beauty.

Pocong Tunggu Pengunjung yang Akan Berfoto

Caca, sang perias, telaten memulaskan bedak ke muka Dina yang berperan sebagai Cinderela. Adapun Tia yang berperan sebagai Maleficent sedikit ribet menggunakan kostum lengkap dengan tanduk dan sayap.

Mereka, sesama hantu-hantu di Asia Afrika ini saling merias diri. Satu di antaranya ada yang bersandar ke monumen Dasa Sila Bandung. Adapun yang lainnya duduk di tembok tempat berdirinya monumen tersebut.

Menurut Kordinator Lapangan Komunitas Comjurig Bandung, Hendra (42), para hantu ini harus merias diri sendiri. Tak ada perias khusus. Kalau pun ada, mereka saling merias satu sama lain.

“Saya mah bukan perias. Tapi ngebantuin saja. Nggak ada perias khusus,” kata Caca yang merias Dina yang berperan sebagai Ciderela.

Pagi itu, pejalan kaki yang lewat trotoar itu masih belum ramai. Hantu pocong tampak duduk menunggu pengunjung yang ingin berfoto dengannya.

“Sebentar lagi ramai. Ini masih pagi. Hari libur biasanya banyak yang sengaja datang ke sini untuk berfoto,” kata Hendra.

Hendra mengatakan kostum-kostum hantu ini harganya bervariasi. Menurutnya tergantung detail kostumnya, seperti kostum kuntilanak yang menghabiskan empat wig membutuhkan dana kira-kira Rp 1 juta.

“Nggak ribet dan nggak mahal. Satu wig hargnya Rp 250.000. Kalau pakainnya tinggal beli kain putih yang dilusuhkan,” kata Hendra.

Adapun untuk kostum penyihir, kata Hendra, yang dibutuhkan dua wig dan kain hitam untuk bajunya.

“Sedikit make up warna hijau di muka, jadilah dia penyihir,” kata Hendra menunjuk pria yang berkontum penyihir yang membawa tongkat.

1 Response

  1. 15/07/2020

    […] banyak yang tahu di Desa Arjasari, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, terdapat sentra perajin masker kain. Tepatnya berada di Perumahan Kota Baru Arjasari […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *