TIDAK mudah bagi Yacobus Sandhi Pratomo (25) adalah pengawal ambulance. Dia bersama timnya harus menembus arus lalu lintas yang macet. Mereka harus memberikan ruas jalan kepada ambulans yang dikawalnya.
Yacobus adalah anggota Indonesian Escorting Ambulance (IEA). IEA merupakan lembaga kemanusiaan yang membantu warga mejadi pengawal ambulance yang membawa pasien atau jenazah.
Di jalanan yang yang penuh sesak kadang harus menemui orang-orang yang tidak sabar. Mereka tidak mau mengalah dan terus melaju menghalangi ambulans yang mau lewat.
Yacobus pernah menghadapi orang yang ngeyel hingga akhirnya harus memberikan penjelasan pada orang itu. Untungnya itu mengerti dan memberikan jala ke ambulans yang mau lewat.
“Pernah sih (menghadapi orang yang tidak mau mengalah), cuma kami jelaskan dengan nada meminta ijin. Akhirnya beliau mengerti. Yang penting tidak emosi, tapi berpikir cepat,” katanya lewat whatsapp, Selasa (21/1/2020).
Kejadian seperti itu kerap terjadi di perempatan jalan. Di saat lampu hijau orang ingin segera memacu kendaraannya, tiba-tiba harus berhenti karena abulans mau lewat. “Seperti di lampu merah Ujungberung” katanya.
Pengawal Ambulance Harus Santun
Menurutnya, kuncinya meminta ijin secara santun ke masyarakat. Dia yakin kalau itu dilakukan masyarakat mengerti dan mau memberikan jalan.
Saat melakukan tugas, tim IEA kadang tidak mengggunakan sirine. Seperti yang digunakan Yocobus, motornya tidak dilengkapi dengan sirine dan klakson.
“Tinggal hormat, ijin terhadap pengendara, dan bila diberikan jalan langsung mengacungkan jempol, sebagai tanda menghargai pengguna jalan,” katanya.
“Sirine ambulans juga sudah keras yang penting kuncinya, satu, santun di jalan. Kalau kita menghargi pengguna jalan, maka kita pun akan dihargai,” katanya,” ujarnya.
Yacobus mengaku senang jika pasien selamat sampai tujuan dengan aman dan dan keluarganya juga ikut senang. Itu, katanya, sangat berharga bagi dirinya.
“Kalau dukanya, jika kondisi jalan krodit dan pasien darurat level 1 dan tidak berhasil terselamatkan, itu menjadi hal yang paling menyedihkan buat kami,” ujarnya.
Tapi, katanya, itu menjadi pelajaran untuk mencari jalan keluar agar kejadian tersebut tidak terulang kembali.
Untuk menjalankan tugas mengawal ambulans Yacobus tidak sendirian. Dia ditemani dua atau tiga orang relawan lainnya yang memiliki tugas masing-masing.
“Satu orang meminta ijin dan buka jalan di depan. Dua orang di depan ikut membantu membuka jalan. Satu orang di belakang untuk menutup barisan, untuk menghidari kejadian yang tidak diinginkan,” katanya.
Yacobus gabung IEA karena dia memang senang jalan-jalan menggunakan sepeda motor dan amalnya. Kemudian dia iseng mencari komunitas relawan pengawal ambulans di media sosial dan menemukan Indonesian Escorting Ambulance.
“Saya bergabung. Saya ikhlas dan tulus ikut membantu, pasti Tuhan tahu apa yang kita kerjakan di dunia ini,” katanya.
Sumber: Tribun Jabar