Cupumanik, Galeri Wayang Golek di H Akbar, Kota Bandung

Wayang golek Cupumanik.

PENGGEMAR wayang golek yang senang memajang boneka terbuat dari kayu itu ke Galeri Cupumanik Wayang Golek Jalan H. Akbar No.10, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung.

Di Galeri Cupumanik Wayang Golek tersedia beragam suvenir wayang golek yang telah dimodivikasi. Harganya bervaiasi, dari yang puluhan ribu hingga yang jutaan.

Selain menjual suvenir wayang golek, Galeri Cupumanik pun merupakan destinasi wisata untuk murid-murid SD. Sekali kunjungan, galeri ini bisa menampung 100 anak. Di sana, anak-anak mendapatkan penjelasan sejarah wayang dan cupumanik.

Bagi yang berminat, sekolah bisa langsung telepon ke Galeri Cupumanik. Kunjungan itu tidak dipungut biaya, hanya tiap anak harus mengeluarkan biaya Rp 50.000 untuk membeli suvenir.

Galeri Cupumanik Wayang Golek berdiri pada 1980. Penggagasnya adalah H. Herry Hermawan (almarhum). Dia merupakan alumnus Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB (FSRD-ITB) ITB.

Galeri ini terbentuk berawal dari sebuah kerja sama Herry dengan pemerintah untuk membangun UKM Bapikra pada 1977. Saat itu, Herry berinisiatif menampung semua perajin wayang dari Jawa Barat, satu di antaranya dari Purwarkarta.

Herry memilih wayang karena ingin mengembangkan budaya Jawa Barat. Herry, katanya, ingin mengemas wayang lebih eksklusif dan tidak standar.

Dikutip dari Tribun Jabar, Epin Saprudin (68), adik Herry, mengisahkan orang tua mereka mengajaknya merintis membuat wayang. Namun, katanya, bukan wayang untuk pertunjukan melainkan untuk suvenir.

Orang tua mereka, kata Epin, terinspirasi banyaknya pergelaran wayang golek saat ada yang menikahkan atau syukuran rumah di dekat rumah mereka di Gang Umar, yang lokasinya tidak jauh dari Jalan H. Akbar.

Awalnya, Galeri Cupumanik menempati rumah mereka di Gang Umar di mana mereka dilahirkan dan dibesarkan. Pindah ke Jalan H. Akbar, kata Epin, karna penjualan suvenir wayang golek terus berkembang.

Menurut Epin, karena pesanan terus bertambah, mereka melatih dan merekrut warga di sana untuk menjadi perajin wayang. “Dulu, mah, istilahnya padat karya,” kata Epin.

Suvenir wayang golek Gelaeri Cupumanik itu diekspor, termasuk ke Belgia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *