Tulisan Brouwer di Jembatan Penyebrangan Asia Afrika

Jembatan Brouwer di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung. | Foto serbabandung.com

JEMBATAN penyebrangan di Jalan Asia Afrika, dekat Jalan Cikapundung Barat, masih saja menjadi pusat perhatian. Terutama dinding penyangganya yang ada tulisan Brouwer yang berbunyi, “Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum”.

Di dinding jembatan Asia Afrika ini kerap dijadikan tempat berfoto bagi pelancong. Terutama di hari libur, pelancong bergantian untuk berfoto berlatar belakang di dinding tulisan Brouwer.

Berfoto di dinding tulisan Brouwer seperti kewajiban bagi para pengunjung yang berjalan-jalab di seputaran Jalan Asia Afrika. Entah sudah berapa juta orang yang memiliki foto dengan latar belakang tulisan “Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum” — M.A.W Brouwer, itu.

Siapakah M.A.W Brouwer?  M.A.W Brouwer atau Martinus Antonius Weselinus Brouwer lahir di Delft Belanda pada 14 Mei 1923.

Lahir di Belanda Brouwer menghabiskan sebagian hidupnya di Indonesia. Ia kuliah Fakultas Paedagogi Universitas Indonesia pada  1961.

Setelah lulus, Brouwer tak lantas terbang ke Belanda. Dia justru memilih menjadi guru di Sukabumi.

Ia juga menjadi pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran dan Universitas Parahyangan yang turut mewarnai pengembangan ilmu Psikologi di Indonesia.

Brouwer adalah seorang fenomenolog, psikolog, sekaligus budayawan yang sangat dikenal karena kolom-kolomnya yang tajam, sarkastik, dan humoris.

Tulisannya sering muncul di berbagai media massa di Indonesia.

Terutama pada era 70-an sampai 80-an. Tulisannya antara lain dimuat di Koran Pikiran Rakyat.

Tulisan Brouwer

Brouwer dikenal sebagai psikolog yang memiliki perhatian terhadap masalah keluarga. Hal itu terlihat dari sejumlah karyanya yang mengulas tentang keluarga.

Di antaranya buku “Bapak, Ibu, Dengarlah!: Bunga Rampai Tulisan-tulisan Tentang Masalah-masalah Keluarga” dan buku “Ayah dan Putranya: Sorotan Psikologi Fenomenologi”.

Menghabiskan sebagian besar waktunya di Kota Bandung, ia memiliki perhatian yang besar terhadap Tatar Pasundan. Ia menulis buku “Perjalanan Spiritual: Dari Gumujeng Sunda, Eksistensi Tuhan, Sampai Siberia”.

Sayang, saat ia ingin memutuskan menetap dan menjadi warga negara Indonesia, keinginan itu ditolak pemerintah. Hingga akhirnya Brouwer kembali ke negeri Belanda.

Ia meninggal pada 19 Agustus 1991 pada umur 68 tahun di Belanda.*

Sayang, saat ia ingin memutuskan menetap dan menjadi warga negara Indonesia, keinginan itu ditolak pemerintah. Hingga akhirnya Brouwer kembali ke negeri Belanda.
Ia meninggal pada 19 Agustus 1991 pada umur 68 tahun di Belanda.*

https://id.wikipedia.org/wiki/Martinus_Antonius_Weselinus_Brouwer

https://humas.bandung.go.id/profil/m-a-w-brouwer-sosok-di-balik-instagramable-jalan-asia-afrika

1 Response

  1. hafiz says:

    Great Article. You have beautifully articulated it. Readers revisit only if they found something useful. So the core formula is to provide value to the readers. Also, Title is very important.

    Thanks & Regards

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *