Sate Hadori di Terminal ST Hall Sudah Ada Sejak Jaman Jepang

Sate Hadori di Kompleks Terminal St Hall Jalan Kebonjati |Foto serbabandung.com #serbabandung

SATE yang ada di Kompleks Terminal St Hall Jalan Kebonjati ini sudah kakoncara (terkenal)  ke mana-mana. Rasanya yang lezat tak mudah terlupakan begitu saja. Orang akan kembali lagi ke sana untuk mencicip kembali sate yang dikenal dengan sebutan Sate Hadori.

Sate ini memiliki cacatan panjang sebelum benar-benar menjadi pilihan penggemar sate. Sate ini sudah berdiri sejak penjajahan Jepang. Inung dan  Una, yang merupakan pendiri sate ini sudah berdagang sejak jaman pengungsian.

Sate Hadori di Kompleks Terminal St Hall Jalan Kebonjati |Foto serbabandung.com #serbabandung

Pada 1940-an Inang dan Una mengungsi ke Garut. Di Pasar Baru Garut mereka membuka dua kios yang salah satunya digunakan untuk berjualan sate. Dari Garut mengungsi ke Bandung dan berjualan sate di Tegallega sekitar tahun 50-an.

Dari Tegallega Inung pindah berjualan ke Terminal Stasiun Hall yang saat itu masih menjadi terminal bus. Inung berjualan sate menggunakan roda. Pembeli saat itu cukup ramai.

Inung mendapatkan kios di terminal itu setelah membeli dari  kawannya. Mulai dari situ sate Inung semakin  ramai. Pada 1961 termasuk masa emas kejayaan sate Inung.

Pada 1992, Inung meninggal dunia. Bisnis sate yang telah berkembang tidak lantas berhenti. Anak mereka Hadori mempertahankan usaha sate ini. Hadori yang  belajar dari mulai meracik daging sampai manajemen mengganti nama Sate  Inung  menjadi  Sate Hadori.

Sekitar tahun 1965-an Hadori yang menjadi ketua pedagang di Stasiun melakukan pemugaran kios-kios di Stasiun Hall. Ketika pemugaran  ada yang  menjual kiosnya kepada Hadori.  Sate Hadori menempati empat petak kios  berukuran 16×4 meter yang masih bertahan hingga  sekarang.

Pada 1990 Hadori meninggal dunia dengan  meninggalkan empat orang putranya. Wawan sebagai putra pertama melanjutkan usaha turun temurun ini.

Di tengah persaingan Wawan  berupaya mempertahankan keberadaan Sate Hadori dengan penambahan nama depannya sehingga menjadi Wawan Hadori.

Selain di stasiun,  Sate Hadori bisa dinikmati juga di Trees Cafe Jl.Bungur No.1 Sukajadi Bandung. Kemudian di Jl. Leumah Neundeut (Depan Hotel Garden Permata), dan di  Surya Sumantri Bandung.

Politikus Golkar Agung Laksono pernah menikmati sate tersebut. Nama Sarwono Kusumaatmadja dan almarhum Pak Soedharmono (mantan wapres era Soeharto), juga disebut-sebut pernah menikmati sate ini. Begitu juga Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi. *

Sate Hadori

  • Kompleks Terminal St Hall Jalan Kebonjati
  • Trees Cafe Jl.Bungur No.1 Sukajadi Bandung
  • Jalan  Leumah Neundeut (Depan Hotel Garden Permata)
  • Surya Sumantri

SUMBER: http://news.detik.com/read/2008/11/10/065932/1051481/676/sate-hadori-berjuang-sejak-jaman-jepang

4 Responses

  1. 31/01/2017

    […] jauh dari Sate Hadori ada penjual kuliner unik. Namanya perkedel bondon. Kedainya di terminal Stasiun Hall, Jalan […]

  2. 07/02/2017

    […] 24 jam di Bandung bagi penyuka satai (sate) kambing. Sate ini sudah terkenal ke mana-mana. Namanya Sate Hadori. Kedainya berada di Terminal Stasiun Hall Bandung, Jalan Gardujati. Menu favorit di sini adalah […]

  3. 04/03/2017

    […] Bandung satu di antaranya ada di Jalan Kebonjati. Masih di kompleks Terminal ST. Hall. Namanya Sate Hadori. Sate ini sudah terkenal ke mana-mana. Beberapa orang tersohor mencicipi kelezatan sate ini terutama […]

  4. 26/02/2020

    […] biasa. Kamu bisa memesan sate ayam, sate kambing, serta sate sapi. Alasan utamanya adalah, karena Sate Hadori merupakan salah satu kuliner legendaris di Bandung, sudah berdiri sejak tahun […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *