Pengelolaan Sampah di Kota Bandung Hingga ke TPA

Ilustrasi sampah. | Foto serbabandung.com

SAMPAH adalah masalah pelik perkotaan. Tidak terkecuali di Kota Bandung. Sistem tatacara pengumpulan sampah, pengangkutan, dan pembuangan ke tempat pembuangan akhir (TPA), masih menjadi masalah. Padahal siapa pun yang memimpin kota ini (wali kota) memiliki program pengelolaan sampah ini.

Setiap harinya kota yang dihuni oleh 2,4 juta jiwa ini, warganya memproduksi 1.500-1.700 ton sampah. Jumlah tersebut setara dengan timbunan sampah seluas lapangan bola setinggi 75 cm.
Sampah yang menggunung tersebut dibuang ke TPA Sarimukti, Desa Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat.

PD Kebersihan Kota Bandung memiliki hitungan lain. Timbunan sampah di Kota Bandung diproyeksikan sebesar 1.549 ton/hari dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 sebanyak 2.748.732.

Untuk membuang sampah dari tempat pembuangan sementera (TPA) ke TPA Sarimukti membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biaya angkut Rp 8 miliar per bulan atau Rp 96 miliar per tahun. Ditambah dengan tipping fee (TPS) Sarimukti sebesar Rp 61.000 perton, maka biaya angkut pengelolaan sampah di Kota Bandung sebesar Rp 126 miliar per tahun.

TPS Sarimukti yang luas lahannya mencapai 25 hektare jaraknya kurang lebih 45 km dari Kota Bandung. Waktu tempuhnya mencapi 3-4 jam. Sampah yang terangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir sampah (TPA) sebesar ± 1100 ton/hari, dengan komposisi sampah organik sebesar 57% dan anorganik sebesar 43% (Final Report JICA Tahun 2010).

Inovasi Pengelolaan Sampah

Ilustrasi sampah. | Foto serbabandung.com

Sampah yang masuk ke TPA Sarimukti berasal dari Kota Bandung, Kota Cimah dan Kabupaten Bandung Barat. TPS Sarimukti takkan selamanya bisa menampung sampah-sampah dari kota ini. Jika itu terjadi pengangkutan sampah akan dialihkan ke TPA Legoknangka di Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung dengan tipping fee yang jauh lebih besar, yakni Rp 360.000 per ton.

Untuk pengelolaan sampah Kota Bandung, PD Kebersihan memiliki berbagai inovasi antara lain dengan bank sampah, pengomposan, biodigester, biokonversi dengan maggot, dan lain sebagainya agar sampah yang di buang di TPA berkurang.

Wali Kota Oded M Danial pun tengah gencar-gencar memperkenalkan program pengelolaan sampah yang efisien dengan berbagai inovasi. Satu di antaranya membuka Bank Sampah Hijau Lestari di Taman Dewi Sartika, Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana.

Penjabat Sekretaris Daerah (Setda) Kota Bandung, Ema Sumarna mengimbau Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkup Setda Kota Bandung membuka rekening di bank sampah tersebut. Hal ini juga bagian dari menyukseskan gerakan Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan) yang telah digulirkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung.

“Ini bagian dari perwujudan peradaban baru merubah mind set dan terbangun culture set di lingkungan aparatur. Ini juga bagian dari memberikan keteladanan kepada seluruh masyarakat Kota Bandung,” kata Ema saat meresmikan Bank Sampah Hijau Lestari di Taman Dewi Sartika, Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana, Selasa (6/11/2018).

Bahan Tulisan

2 Responses

  1. salikun says:

    persoalan sampah itu mudah diatasi,sy sdh prakten ribuan tempat semuanya berhasil masalah sampah tuntas total tanpa berdampak pada lingkungan lain.teknologi pemusnah sampah.

  2. salikun says:

    mengatasi masalah sampah itu sebenarnya tdk sulit.sy sdh praktekkan ribuan tempat semuanya berhasil masalah sampah tuntas total.teknologi pemusnah sampah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *