Kolam Retensi Gedebage untuk Menangani Banjir di Wilayah Timur

Kolam retensi Gedebage. | Foto https://humas.bandung.go.id/foto/peresmian-kolam-retensi-gedebage

Kolam Retensi Gedebage telah selesai. Folder penampungan air ini sudah mulai beroperasi.

Keberadaan kolam retensi Gedebage merupakan upaya dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menangani genangan air di wilayah timur.

Area kolam retensi Gedebage seluas 2.800 meter per segi berada tepat di depan Pasar Gedebage, yakni di sebelah utara Jalan Soekarno Hatta.

Kapasitas daya tampung kolamnya dua kali lipat lebih besar dari Kolam Retensi Sirnaraga.

Area kolamnya memiliki luasan 2.000 meter persegi dengan kedalaman 3 meter.

Kolam Retensi Gedebage mampu menampung 5.425 meter kubik air yang masuk dari aliran Sungai Cipamulihan.

“Mudah-mudahan dengan adanya kolam retensi ini kita semangat untuk memulihkan kembali sesuai dengan namanya Cipamulihan. Kita akan normalkan kembali,” ucap Oded M. Danial, Wali Kota Bandung seusai peresmian Kolam Retensi Gedebage, Rabu (30/12/2020) .

Wali kota berharap, dengan kolam retensi ini minimal mampu mengurangi genangan air di wilayah Gedebage.

Khususnya di sekitar Pasar Gedebage dan jalan sekitarnya yang merupakan akses utama mobilitas masyarakat di kawasan timur.

“Setiap hujan besar di wilayah Gedebage itu baik di pasar maupun di jalan, banjir. Mudah-mudahan dengan adanya kolam retensi ini bisa menampung air dan banjir bisa sedikit teratasi,” harapnya.

Pembangunan kolam retensi tersebut menghabiskan dana sekitar Rp 5,1 miliar. Ini merupakan kolam retensi ketujuh yang dibangun oleh Pemkot Bandung.

Enam lainnya adalah, Kolam Retensi Sarimas yang menampung limpahan Sungai Cikiley, lalu di Sirnaraga untuk memarkir air Sungai Citepus.

Kolam Retensi Gedebage Adalah yang Keenam

Kemudian ada kolam retensi di Rancabolang dekat Sungai Cinambo.

Selanjutnya kolam retensi juga terdapat di kawasan Cisurupan sebagai penampung aliran Sungai Ciloa.

Termasuk kolam retansi di tengah pusat kota yang terdapat di Taman Lansia dan Taman Kandaga Puspa tepat di samping Sungai Cikapayang.

“Mengatasi banjir ini tidak sederhana. Tapi yang jelas saya punya bukti eviden.

“Setelah adanya kolam retensi contohnya di Citepus, walaupun ada banjir relatif lebih cepat surutnya.

“Contohnya itu di Pasteur beberapa jam itu sudah surut,” paparnya.

Untuk itu, wali kota menyatakan bahwa pembuatan kolam retensi akan diupayakan bisa ditambah sebagai upaya meminimalisir aliran air sungai yang meluap.

Saat ini masih mendata potensi lahan yang bisa dijadikan kolam retensi.

Ia menegaskan, selain untuk penampungan air, keberadaan kolam retensi memiliki banyak fungsi apabila pembuatannya dimaksimalkan.

Di samping untuk menampung air, juga bisa dirancang sebagai ruang publik, area terbuka hijau.

Bahkan ketika musim kemarau mengakibatkan kolam kering pun dapat dimanfaatkan untuk sarana olahraga.

“Setiap di kota metropolitan kalau kita mau buat kolam retensi persoalannya lahan. Kita sedang inventarisir, lahan yang memungkinkan bisa kita pakai,” katanya.

“Tentu saja agar tidak mengeluarkan banyak anggaran. Kita akan cari lahan milik pemerintah Kota Bandung dan manfaatkannya,” imbuhnya.

Sumber tulisan dan foto: humas.bandung.go.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *