Jalan Diponegoro Bandung, Banyak Simpan Gedung Zaman Kolonial

Gedung Sate dan Lapangan Gasibu di Jalan Diponegoro, Kota Bandung. | Foto serbabandung.com #serbabandung

Jalan Diponegoro Bandung adalah salah satu jalan di Bandung yang sarat sejarah dan banyak bangunan-bangunan zaman kolonial yang masih berdiri di sini. Jalan Diponegoro Bandung memanjang mulai dari Jalan Ir H Juanda hingga Jalan Supratman.

Contohnya gedung buatan kolonial yang masih berdiri di sepanjang Jalan Diponegoro Bandung adalah Gedung Sate. Kantor pemerintahan Provinsi Jawa Barat ini sudah berdiri jauh sebelum Indonesia merdeka. Orang sudah banyak yang tahu Gedung Sate gaya arsitekturnya sangat menawan.

Gedung Sate dan Lapangan Gasibu di Jalan Diponegoro, Kota Bandung. | Foto serbabandung.com #serbabandung

Gedung ini merupakan karya arsitek Ir. J.Gerber dan kelompoknya. Serta masukan dari maestro arsitek Belanda Dr.Hendrik Petrus Berlage. Gedung Sate berdiri dengan bernuansakan wajah arsitektur tradisional Nusantara. Gedung ini dibangun pada 27 Juli 1920 dan selesai pada September 1924.

Di Jalan Diponegoro Bandung juga terdapat lapang yang sangat populer. Namanya Lapangan Gasibu. Hingga tulisan ini ditulis, langan ini sedang direvitalisasi. Lapangan ini sebelumnya menjadi tempat pasar kaget setiap hari Minggu. Setelah ditertibkan, lapangan ini berangsur tertib.

Lapangan ini tepat berada di depan Gedung Sate. Gasibu menjadi pilihan warga untuk berolahraga. Lintasan lari yang melingkari lapangan ini sangat bermanfaat bagi warga yang ingin joging di sana. Sedangkan lapangannya digunakan warga untuk sepak bola, atau olahraga lainnya.

Lapangan yang memiliki luas kurang lebih 6.000 m2 ini sering digunakan untuk even-even seperti konser musik, dan acara yang mengundang banyak orang untuk menyaksikannya. Namun sekarang acara-acara termasuk konser sudah jarang digelar.

Di Jalan Diponegoro Bandung terdapat museum yang menjadi favorit warga yang menyukai wisata pendidikan. Nama museumnya Museum Geologi. Di Museum ini, tersimpan materi-materi geologi yang berlimpah, seperti fosil, batuan, dan mineral yang dikumpulkan sejak 1850. Museum ini berdiri pada 16 Mei 1928.

Tak jauh dari Museum Geologi ada gedung bersejarah, yakni Gedung Dwi Warna. Gedung ini pernah igunakan untuk penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika pada 1955, sebagai sekretariat. Gedung ini juga dipergunakan para delegasi untuk bersidang, bersamaan dengan Gedung Concordia (Merdeka).

Di ujung Jalan Diponegoro sebelum ke Jalan Supratman terdapat Masjid Pusdai. Masjid ini berada di Islamic Center Pusdai di Kota Bandung. Lokasinya nyaris bersebelahan dengan Kantor RRI. Masjid megah ini terdiri dua lantai. Masjid ini bisa menampung 4.000 jamaah.

Angkutan Lewati Jalan Diponegoro Bandung

  • Angkot jurusan Cicaheum-Ciwastra
  • Riung Bandung-Dago
  • Cicaheum-Ciroyom
  • Cicaheum-Ledeng
  • ST Hall-Sadang Serang
  • Caringin-Dago
  • Gedebage-Awiligar
  • Bus kota jurusan Dipatiukur-Jatinangor

1 Response

  1. 08/09/2023

    […] jam 4 sore. Bus ini memiliki 3 rute yang menjadi pilihan, yaitu alun-alun kota Bandung, Diponegoro, dan Kampung Korea Kiara Artha Park. Untuk tarif sekali perjalanan ialah 20 ribu rupiah per […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *