Jalan Banceuy, Pesona Sejarah, Kopi, hingga Onderdil

Jalan Banceuy, Kota Bandung, Minggu (28/2/2021), terlihat sepi. | Foto serbabandung.com.

Jalan Banceuy adalah salah satu jalan bersejarah di Kota Bandung. Di Banceuy pernah ada lembaga permasyarakatan atau LP.

Di LP Banceuy inilah ada sel yang pernah dihuni Presiden Pertama Indonesia Ir Soekarno.

Bekas-bekasnya masih bisa terlihat di Jalan Banceuy. Monumen sel Soekarno masih terawat di cagar budaya di Kompleks Banceuy Permai.

Tempatnya masih bisa dikunjungi warga untuk mengetahui jejak proklamator ini.

LP yang dulu berada di Jalan Banceuy dipindah ke Jalan Soekarno Hatta No 187A pada 1983. 

Adapun bekas lahan LP berubah fungsi menjadi pusat bisnis yang bernama Banceuy Permai. Di sana, di antaranya ada penjual-penjual lampu.

Soekarno pernah ditahan di penjara ini karena dianggap memberontak oleh pemerintah Belanda.

Pabrik Kopi di Jalan Banceuy

Jangan lupa di Banceuy ada pabrik kopi legendaris yakni Kopi Aroma.

Toko kopi legendaris sekaligus pabrik ini berada di Banceuy Nomor 51.

Lokasinya persis di ujung Jalan Pecinan Lama ke arah Banceuy.

Kopi yang dijual di Kopi Aroma hanya dua jenis kopi, yakni robusta dan arabika.

Toko Aroma dibangun oleh Tan Houw Sian sejak 1930 silam itu. Kemudian Widyapratama, putra tunggal dari Tan Houw Sian, meneruskan usaha tersebut.

Kawasan Banceuy terkenal dengan sentra onderdil. Di sini berbagai macan onderdil bekas, terutama mobil bisa didapatkan.

Di trotoar jalan berderet roda pedagang yang menjajakannya. Tidak hanya onderdil tapi juga aksesori mobil seperti setir, velg, lampu, dan lain sebagainya.

Jika membeli di sana biasanya para pembeli mendapatkan sevis dari pedagang berupa jasa pemasangan.

Banceuy yang memanjang dari Jalan Asia Afrika hingga Jalan Suniaraja ini terpotong oleh Jalan ABC.

Para pedagang di  sentra onderdil Banceuy berderet mulai dari perempatan Jalan ABC dengan Jalan hingga ke Jalan Suniaraja.

Tidak jelas sejak kapan para pedagang onderdil ini berderet di jalan ini. Dikutip dari news.detik.com edisi 11 Januari 2010, kawasan ini mulai menggeliat pada 1950-an.

Tidak hanya pedagang onderdil yang ada di sana. Di kawasan itu banyak juga toko-toko yang menjual berbagai lampu hias. Ada sekitar 30 toko.

Toko-toko ini, menurut Tribunnews, mulai bermunculan pada 1960.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *